Minggu, 08 November 2015

Kisah Nyata Jenazah Membesar Part 3



Semasa hidupnya, parmin bekerja di dealer motor dan dia sudah dipercaya untuk menagih orang

yang melakukan kredit motor. Menurut tikah dalam sebulan dia menyetor sebanyak 36 Juta, awalnya

setoran itu berjalan dengan lancar.

Kehidupan parmin terbilang berkecukupan, kebutuhan keluarga selalu terpenuhi. Merasa lebih

dengan karunia Allah, parmin lupa daratan. Dia mulai jarang pulang seperti biasa, menurut kabar

yang diterima tikah dari masyarakat jika ada uang lebih dia senang untuk kawin lagi dengan seorang

gadis perawan tanpa persetujuan dari istrinya. Istri-istri mudanya dia tempat di rumah kontrakan

yang disewa olehnya.

"Dulunya dia termasuk orang sukses dan banyak uang, tapi duitnya itu buat kawin mulu dan sejak

itulah dia jarang pulang ke istri tuanya" kenang wardi. Pada suatu hari pihak dealer mendatangi

rumah tikah dan mereka menanyakan keberadaan parmin suaminya lalu mengatakan bahwa sudah

satu tahun ini parmin tidak menyetorkan uang kredit.

Tikah yang sama sekali tidak mengetahui duduk persoalannya dibuat kebingungan. "Maksudnya

suami saya membawa kabur uang perusahaan?" tanya tikah kepada pihak dealer. "Bukan itu saja,

parmin mempunyai hutang yang sangat banyak" papar orang dealer menerangkan.

"Pak terus terang, suami saya sudah lama tidak pulang ke rumah" kata tikah dengan jujur, kemudian

tikah menyuruh orang dealer itu agar mendatangi rumah istri-istri mudanya dan mungkin parmin

berada dengan istri mudanya. Setelah dilakukan penelusuran, ternyata parmin sudah kabur bersama

istri terbarunya.

Kejadian itu terjadi pada tahun 1990-an lalu parmin menghilang tanpa jejak. Kontrakannya ditinggal

begitu saja olehnya, hari-harinya dilalui dengan penuh ketakutan. Orang dealer tidak kehilangan

akal, mereka meminta jasa bantuan polisi untuk menuntaskan kasus ini. Akhirnya parmin sekarang

masuk ke dalam daftar pencarian orang.

Sebanyak-banyaknya orang punya uang, apabila terus dipakai pasti akan habis juga. Polisi berhasil

mengendus persembunyiannya, lalu parmin dipaksa melunasi tanggungannya. Tidak berapa lama

seluruh harta dan asetnya ludes untuk melunasi hutang. Akhirnya parmin bangkrut dan jatuh miskin,

dia tidak berani pulang ke rumah untuk menemui istri pertamanya.

Tak ada pekerjaan yang pasti, kesehariannya hanya melamun sambil membayangkan masa-masa

kejayaannya dulu. Dia ingin hidup enak lagi, dan yang ada di dalam pikirannya hanya kesenangan

dan hidup yang mewah. Akhirnya parmin mengambil jalan pintas, dengan mendatangi tempat yang

keramat yang diyakini bisa mendatangkan kekayaan.

Ilmu agama yang telah dipelajarinya hilang begitu saja dan dia sudah tidak peduli apa kata orang lain.

"Dia nyari kekayaan dengan nyupang babi (jadi-jadian), mencari makan secara tidak halal dan dia

juga sering ngomong sama orang-orang daerah sini 'biarin gua mati nggak masuk surga alias masuk

neraka, asal jadi orang kaya' bukan hanya satu atau dua orang yang dengar tetapi hampir seluruh

masyarakat tau. Parmin punya ilmu yang dapat membuat orang lain segan padanya, dan dia punya

sebuah uang biang (induk) sebesar 10 ribu. Misalnya uang itu dibelanjakan seribu pasti kembalinya

akan menjadi 9 ribu. Nanti setelah dia sampai dirumahnya uang yang 10 ribu itu pulang kembali ke

tangannya parmin" Ujar wardi.

Setau tikah, suaminya memang belajar ilmu-ilmu tertentu. Misalnya ilmu yang bisa menggerakan

atau menjatuhkan orang dari jarak jauh. Selain itu, ilmu peletnya pun sangat ampuh. Tikah tidak tau

apalagi ilmu yang dipelajari almarhum mendiang suaminya itu. Tikah merasa rindu dengan

kehadiran suaminya dan setiap malam dia bermunajat kepada Allah agar suaminya diberikan

petunjuk dan meski sering disakiti, dia tidak pernah marah.

Baginya, suaminya harus dihadapi dengan kasih sayang bukan dengan kekerasan. Tidak terhitung

berapa lama parmin meninggalkan tikah dan anak-anaknya. Rupanya Sang Pencipta mendengarkan

doa tikah dan pada suatu hari parmin menampak-kan dirinya dirumah. Diliputi rasa rindu yang

sangat mendalam, tikah menerima dengan tangan terbuka tanpa ada rasa dendam.

"Disaat lagi susah dan ingat akan mati, dia biasanya sembahyang dirumah dan mengaji kalau malam"

Ucap tikah, tapi kalau lagi enak mana mau dia melakukannya. Sejak kembali ke rumah istri pertama,

parmin mulai perhatian kepada anak-anaknya. Akhirnya sisa umur parmin dihabiskan bersama

dengan istri pertamanya.

Meskipun rasa malu dan bersalah terus mengitari pikiran dan hatinya. Ibarat sebuah pepatah berkata,

Sejauh-jauhnya burung terbang, pasti akan kembali ke sarangnya. Semoga arwah almarhum parmin

mendapatkan tempat yang layak disisi-NYA, Amin dan Terima kasih telah membaca Kisah Nyata ini.

0 komentar:

Posting Komentar