Rabu, 18 November 2015

Mitos Hari Selasa dan Malam Jumat


Misteri Hari Selasa dan malam jumat kliwon, Sebut saja namanya Parman, 40 tahun, (bukan nama

sebenarnya), seorang nelayan warga desa Kawunganten, Cilacap. Dia mengusik mayat seseorang

dengan maksud hanya untuk mengambil kain kafan (mori) sebagai media pesugihan. Parman dengan

tega mengabil satu-satunya barang si mayat yang dia bawa ke alam kuburnya, yaitu selembar kain

kafan. Sifat nekatnya ini dikarenakan beban hidup yang menghimpit keluarganya.

Dia megikuti jalan seperti yang pernah ditempuh oleh temannya yang sekarang menjadi kaya raya.

Berkat kenekatan dan keberaniannya, mencuri kain kafan atau mori orang yang mati pada malam

Jum’at Kliwon atau Selasa Kliwon, Parman berharap bisa memperoleh apa yang dia inginkan

sehingga bisa menjadi kaya raya dan tidak lagi mengontrak rumah mungil di perkampungan nelayan.

Ritual ini dianggapnya paling mudah dan sederhana. Karena jika dia berhasil mengambilnya, dia bisa

meminta apa saja pada sosok mayat yang diambil morinya itu, sebagai tebusan. Seperti petunjuk

Badrun (bukan nama sebenarnya).

"Harus orang yang mati pada hari Jum’at atau Selasa Kliwon yang digunakan sebagai ritual

pesugihan" Menurut Badrun, ini sudah menjadi syarat ilmu kejawen dan ritual pesugihan kain mori

yang dipercaya sejak dulu. Berbulan-bulan Parman menunggu dan mengintai orang yang meninggal

pada hari tersebut. Tak jarang dia menyelidiki, mencari informasi secara diam-diam hingga ke

kampung sebelah.

Kalau-kalau ada yang meninggal di hari yang dia harapkan agar bisa digunakan sebagai media

ritualnya. Hingga akhirnya dia menemukan orang meninggal seperti yang diharapkan itu.

"Beruntung sekali aku waktu itu, yang meninggal adalah seorang anak kecil. Sehingga aku bisa dan

berani mengambil kain kafannya. Jika saja yang meninggal orang sudah dewasa, mungkin aku tak

sanggup untuk mengambilnya. Karena si mayat tidak akan mungkin rela selimutnya (kain penghangat

tidurnya) saya ambil. Dia akan mempertahankan kain mori itu sehingga akupun harus berkelahi

dengannya di liang kubur," cerita Parman mengawali kisahnya.

Menurut Parman jika sang mayat sudah nampak (kelihatan), disinilah kita harus berhati-hati. Karena

si mayat akan cepat menyerang kita dan mempertahankan kain mori yang digunakan untuk selimut

baginya. Percaya atau tidak, setiap orang yang haus akan harta, dan melakukan ritual ini, pasti dia

akan berkelahi dengan jasad orang tersebut. Dimana jasad mayat itu mungkin saja telah disusupi oleh

roh jahat, sehingga tenaga diapun begitu kuat

"Aku benar-benar tak menyangka kalau mayat itu memiliki tenaga yang berlipat ganda. Jauh lebih

besar dari tenaga manusia pada umumnya. Walaupun yang aku ambil kain mori milik anak kecil, tapi

tenaga dia seperti orang dewasa. Apalagi jika yang meninggal adalah orang dewasa, sudah pasti aku

tak mampu untuk mengambilnya. Pantas saja banyak orang yang tak sanggup dan gagal melakukan

ritual ini," tuturnya kepada penulis.

Jika dia kalah dalam bertarung melawan si mayat, dia kan babak belur bahkan tak jarang dia

mengalami cacat tubuh akibat dipukuli oleh mayat dalam liang kubur. Parman saja mengalami luka

memar dan biru-biru di sekujur tubuhnya. Oleh karena itu, tak jarang orang yang punya niat

mengambil kaim mori milik mayat hanya mendapatkan luka babak belur, tanpa membawa hasil

apapun

"Yang jadi masalah, kita harus konsentrasi bagaimana secepatnya bisa mengambil kain mori itu dan

melepaskan diri dari dalam liang lahat. Jadi kita sama sekali tak bisa untuk melawannya,"

uangkapannya kemudian.

"Jika kita sudah mendapatkan mori mayat, sesampainya di rumah langsung kita simpan saja

sementara di dalam almari menunggu waktu yang tepat untuk memulainya. Tapi jangan sampai di

cuci. Cara menggunakannnya cukup mudah, kain mori tersebut kita jadikan sumbu lampu (templok).

Tepat pada jam duabelas, malam Jum’at atau Selasa Kliwon. Dengan sedikit ritual dan mantra

tertentu, lalu kita dulut (bakar). Setelah sumbu lampu itu menyala, asap dari sumbu mori itu akan

membumbung. Dengan ketajaman si mayat, dia akan mencium di mana selimutnya berada. Sehingga

bisa kita pastikan mayat pemilik kain mori tersebut akan muncul mendatangai rumah kita. Dia akan

terus memutari rumah kita untuk meminta yang dia sebut selimutnya itu," papar Parman.

Menurutnya pula, mayat itu akan merengek dan menangis meminta kepada kita. Nah, disaat inilah

Parman akan mempermainkan dan memperdayainya untuk kepentingannya, yaitu dengan meminta

segala sesuatu yang diinginkannya. Walaupun menurutnya pula, dia selalu merasa berdosa dan tak

tega mendengar suara ratapannya itu.

Aneh bin ajaib, selang beberapa bulan, Parman pun bisa memiliki kapal penangkap ikan sendiri.

Hasil lelang dari Bandar kaya di daerahnya. Kini tempat pelelangan ikan, benar-benar seperti telah

dikuasainya. Tapi sayang, sifat serakah orang tak pernah hilang dari hatinya. Parman masih

menginginkan beberapa bidang tambak di pinggiran teluk.

Malam Jum’at Kliwon kurang tiga hari lagi. Niat hati ingin membakar sumbu pesugihan itu, tapi

sayang kapal ikannya justru tenggelam akibat badai dan ombak yang ganas dan tak bisa

terselamatkan lagi. Tak hanya itu, rumah Parman beserta perabotannya terbakar habis saat kompor

gas yang sedang dipakai memaksa istrinya meledak. Parman benar-benar kecewa, bahkan stress. Kini

dia kembali lagi menjadi orang miskin yang hidup menumpang pada orang lain. Dia juga kembali

menjadi nelayan buruh pada seseorang.

Mitos Lagu Nina Bobo


Lagu Nina Bobo dengan bait sederhana yang digunakan banyak orang tua untuk mengantar tidur

anak-anaknya. Keliatan tidak ada yang ganjil dari lagu itu, tetapi pernahkah anda coba bertanya pada

seseorang tentang siapakah gadis bernama Nina dari lagu tersebut?

Beberapa dekade setelah kedatangan Cornelis de Houtmen di Banten, warga negara Belanda dari

berbagai kalangan sudah memenuhi pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya. Alkisah seorang gadis belia

asal Belanda bernama Nina Van Mijk. Gadis yang berasal dari keluarga komposer musik klasik

sederhana yang menetap di Nusantara untuk memulai hidup baru karena terlalu banyak saingan

musisi di Belanda. Hidup Nina berjalan normal seperti orang-orang Belanda di Nusantara pada

umumnya, berjalan-jalan, bersosialisasi dengan penduduk pribumi, dan mengenal budaya Nusantara.

Kedengaran indah memang, tapi semenjak kejadian aneh itu keadaan menjadi berbanding terbalik.

Kejadian aneh itu terjadi pada suatu malam badai, petir tak henti - hentinya saling bersahutan. Dari

dalam kamarnya Nina menjerit keras sekali, diikuti suara vas bunga yang terjatuh dan pecah. Ayah,

ibu serta pembantu keluarga Nina mengambur kedalam kamar Nina. Pintu terkunci dari dalam,

akhirnya pintu itu didobrak oleh ayah Nina. Dan satu pemandangan mengerikan disaksikan oleh

keluarga itu, terlihat diranjang tidur Nina melipat tubuhnya kebelakang persis dalam posisi kayang

merayap mundur sambil menjerit-jerit dan sesekali mengumpat-ngumpat dengan bahasa Belanda.

Rambutnya yang lurus pirang menjadi kusut tak keruan, kelopak matanya menghitam pekat. Itu

bukan Nina, itu adalah jiwa jahat yang bersemayam ditubuh Nina, Nina kerasukan.

Sudah seminggu berlalu semenjak malam itu, Nina dipasung didalam kamarnya. Tangannya diikat

dengan seutas tambang. Keadaan Nina kian memburuk, tubuhnya semakin kurus dan pucat. Ibu Nina

hanya bisa menangis tiap malam ketika mendengar Nina menjerit-jerit. Ayah Nina tidak tahu harus

berbuat apa karena kejadian aneh seperti ini tidak pernah diduganya. Karena putus asa dan tidak

tahan melihat keadaan anaknya, ayah Nina pulang ke Belanda sendirian meninggalkan anak dan

istrinya di Nusantara. Pembantu rumanya pun pergi meninggalkan rumah itu karena takut. Tinggalah

Nina yang dipasung dan Ibunya di satu rumah tak terurus.

Kembali lagi pada satu malam badai, namun aneh, kala itu terdengar Nina tidak lagi menjerit-jerit.

Kamarnya begitu hening. Perasaa ibu Nina bercampur aduk antara bahagia dengan takut. Bahagia

bila ternyata anaknya sudah sembuh, tetapi takut bila ternyata anaknya sudah meninggal Ibu Nina

mengintip dari sela-sela pintu kamar Nina, dan ternyata Nina sedang duduk tenang diatas

ranjangnya. Tak berkata apa-apa tapi sesaat kemudian dia menangis sesengukan. Ibu Nina

langsung masuk kedalam kamarnya dan memeluk Nina erat-erat dan melepas tali tambang yang

melilit tangannya. Sambil menangis Nina berkata

"Ibu... aku takut..." Lalu ibunya menjawab sambil menangis pula

"Tak apa nak, Ibu ada disini. Kamu tidak perlu takut lagi. Ayo kita makan bersama"

"Aku tidak lapar, tetapi bolehkah aku meminta sesuatu?"

"Apapun nak...! apapun.....!!"

"Aku ngantuk, rasanya aku akan tertidur sangat pulas. Mau kah ibu nyanyikan sebuah lagu pengantar

tidur untukku?" Ibu Nina terdiam, agak sedikit tidak percaya dari apa yang didengar anaknya. Tapi

kemudian ibu Nina berkata sambil mencoba tersenyum.

"Baiklah, ibu akan menyanyikan sebait lagu."

Saya yakin anda sudah tahu lagu apa yang dinyanyikan oleh Ibu Nina. Setelah sebait lagu itu Nina

terlelap damai dengan kepala dipangkuan ibunya, wajah anggunnya telah kembali. Ibu Nina

menghela nafas lega, anaknya telah tertidur pulas. Tapi Nina tidak bergerak sedikit pun, nafasnya

tidak terdengar, denyut nadinya menghilang, aliran darahnya berhenti. Nina telah tertidur

benar-benar lelap untuk selamanya dengan sebuah lagu ciptaan ibunya sebagai pengantar kepergian

dirinya setelah berjuang melawan penderitaan. Konon katanya ketika anda menyanyikan lagu ini

untuk pengantar tidur anak, anak anda yang masih bayi, tepat ketika anda meninggalkan kamar

tempat anak anda tertidur. Nina akan datang ke kamar anak anda dan membuat anak anda tetap

terlelap hingga keesokan paginya dengan sebuah lagu.

Mitos Ghaib Manusia Harimau


Pada siang hari yang panas, pencari kayu bakar tersebut terpergok dengan harimau gunung yang

sedang minum di sebuah sumber air, kebetulan si kakek pencari kayu bakar juga hendak mencari

minum di sumber air tersebut. Tentunya betapa terkejutnya si pencari kayu bakar ketika tiba-tiba

berhadap-hadapan dengan seekor harimau betina yang sangat besar yang mengaum di depannya.

Mendengar auman harimau besar yang menggetarkan, maka tentu saja si kakek ini langsung lemas

tidak berdaya dan tubuhnya langsung lunglai di atas tanah. Ia hanya bisa pasrah jika memang harus

mati dimangsa harimau. Namun anehnya harimau tersebut sama sekali tidak menerkam si kakek,

hanya minum air sepuas-puasnya, lantas ia pergi menuju hutan di lereng gunung.

Melihat harimau tersebut tidak mengisyaratkan ancaman maka sang kakek bisa kembali duduk, lalu

berdiri. Kakek pencari kayu bakar ini sepertinya mendapat firasat bahwa harimau tersebut

memerintahkan agar kakek ini mengikutinya. Lantas kakek pun berdiri dan kemudian berjalan

mencoba mengikuti harimau tersebut kemana ia akan pergi, sedangkan kayu bakarnya ditinggalkan

disumber air begitu saja.

Harimau gunung tersebut terus menyusuri hutan sepanjang berpuluh-puluh kilometer yang menuju

hutan di sebuah pegunungan yang semakin lebat. Dari kejauhan si kakek melihat harimau tersebut

menyibak rimba belantara dengan sesekali menolehkan kepalanya ke belakang seakan memberitahu

si kakek agar terus mengikutinya. Kakek itupun terus mengikutinya dan rasa takut terhadap serangan

binatang buas dan ular besar pun sirna, karena si kakek dipandu oleh si raja hutan yang gagah

perkasa. Bahkan macan tutul dan anjing hutan berlari menjauh ketika pencari kayu bakar ini hendak

melintas, karena naluri mereka tahu bahwa kakek ini tidaklah seorang diri, melainkan bersama

penguasa hutan.

Sejak awal, kedua makhluk ini tidak pernah berkomunikasi sama sekali melainkan hanyalah

menggunakan bahasa isyarat selama dalam perjalanan menyusuri hutan. Hingga akhirnya matahari

mulai hampir terbenam, dan tibalah harimau tersebut di puncak ketinggian sebuah perbukitan yang

tinggi, sementara kakek tersebut berada agak jauh atau sekitar beberapa ratus meter di belakangnya.

Setelah keduanya menginjakkan kaki di atas puncak perbukitan, betapa terkejutnya si kakek setelah

melihat apa yang terjadi. Harimau loreng besar yang ia ikuti sejak tadi ternyata berubah menjadi

seorang wanita cantik yang sedang membawa semacam wadah air yang ditaruh di atas kepalanya.

Dan hutan di atas pegunungan tersebut ternyata sebuah perkampungan manusia yang ramai. Dari

kejauhan si kakek melihat anak-anak kecil berlari menjemput si wanita tersebut, seolah seperti anak

yang menanti ibunya. Selain itu, banyak terlihat aktivitas di perkampungan tersebut seperti layaknya

perkampungan manusia.

Ternyata harimau gunung tersebut adalah manusia gaib yang yang hidup di atas gunung, dan mereka

memiliki perkampungan seperti layaknya manusia. Oleh karena itu dalam legenda masyarakat

palembang zaman dulu, harimau gunung tidak pernah memakan manusia karena mereka adalah juga

manusia, hanya saja mereka berada di alam lain. Mereka akan merubah diri menjadi harimau jika

hendak turun gunung di wilayah hutan palembang.

Sedangkan harimau yang suka memangsa manusia dan ternak adalah harimau belukar atau harimau

yang hidup di semak-semak belukar yang tidak terlalu jauh dengan perkampungan manusia.

Minggu, 08 November 2015

Patung Nyi Roro Kidul


Aku terbangun karena dikagetkan oleh suara jam yang menunjukan pukul 12 malam. Aku berjalan

keluar dari ruang kerjaku dan beranjak menuju dapur untuk kembali membuat segelas kopi hitam

berarti sudah gelas ke 5. Pekerjaanku kali ini mengharuskanku bergadang terus untuk menyelesaikan

deadline terakhirku yaitu membuat sebuah patung.

Malam itu aku tidak berada dirumahku sendiri, aku berada di rumah almarhum kakek. Aku sekarang

mengerjakan tugas deadline ku disini, karena dulu kakek merupakan seorang seniman. Alat-alat

untuk membuat karya seni semuanya lengkap disini. Sayangnya kakek sudah meninggal, kalo saja

beliau masih ada pasti aku akan dibantunya untuk mengerjakan tugas ini.

Aku pun berjalan keruang kerjaku dan kembali memegang tanah liat untuk membuat patung seorang

wanita. Sebuah patung seorang wanita yang kita kenal sebagai kanjeng ratu nyi roro kidul, inspirasi

utamanya adalah sebuah lukisan nyi roro kidul buatan kakek yang terpampang diruang kerja ini dan

yang aku jadikan sebagai contoh untuk patungku ini.

Pekerjaanku belum sampai setengah jalan, baru menyelesaikan dari perut ke bawah. Sebenarnya

tanahku sudah mau habis, terpaksa aku keluar dan mulai mencari tanah disekitar rumah kakek.

Dengan berbekal senter aku mencari tanah dan aku mulai menyusuri daerah sekitar, sekelilingnya

memang pepohonan yang rimbun dan juga daerah pesawahan.

Aku pun mulai meraba-raba tanah yang kira-kira cocok, dan tiba-tiba lalu seketika aku terdiam

mendengar suara seperti anak ayam. Aku menengok dan menyorot senter disekitar, tapi tidak ada

ayam sama sekali. Aku lanjut mencari tanah dan akhirnya aku menemukan tanah yang cocok, berada

dekat rimbun pohon-pohon pisang.

Aku mulai mengeruk-ngeruk tanah itu dan memindahkannya kedalam karung. Aku menyimpan

senterku di tengah batang daun pisang agar bisa menerangi tanah itu. Dan sesekali masih terdengar

suara anak ayam mengitariku, aku coba untuk memanggil anak ayam itu tapi tidak berhasil.

Malahan, suara itu semakin menjauh sekarang dan ketika suara itu semakin menjauh.

Tiba-tiba aku merasa ada bayangan yang lewat didepan senterku dan sepertinya bayangan itu

mengenai senter itu hingga terjatuh. Seketika keadaan menjadi sangat gelap, mungkin hanya angin

yang membuat senterku jatuh. Aku meraba-raba ketanah untuk mencari senter yang jatuh dan mati

itu. Ketika aku meraba, aku memegang sesuatu.

Sebuah benda keras namun itu bukan senter yang aku cari. Benda ini bentuknya persegi dan terukir

seperti pahatan, tangan kiriku masih memegang benda asing itu dan tangan kananku mulai

mencari-cari lagi ke tanah dan akhirnya aku mendapatkan senterku. Karena penasaran aku langsung

menyalakannya dan mengarahkan senterku ke benda yang aku pegang itu.

Dan ternyata benda itu adalah nisan, dan posisiku bersimpuh sekarang ini ternyata tepat diatas

sebuah kuburan. Aku kaget dan panik bukan main, jantungku berdetak sangat kencang lalu

perasaanku mulai tidak enak dan tiba-tiba bunyi anak ayam pun mulai terdengar kembali. Kali ini

suara anak ayam itu terdengar sangat jelas.

Sepertinya berada diatasku, dan saat aku melihat ke pohon pisang yang ada diatasku. Sesosok wanita

dengan rambut panjang dan badannya terbalut kain putih sedang berdiri dibalik batang pohon pisang

itu terlihat wajahnya sangat menakutkan seperti bekas tersiram air panas. Suara anak ayam itu

sangat jelas berasal dari mulutnya yang sangat menakutkan dan semakin lama berubah menjadi suara

tertawa cekikikan yang sangat menyeramkan.

Spontan aku membanting senter ke arah sosok itu, dan sosok itu melayang ke atas sambil di iringi

suara tertawa cekikikan. Aku langsung berdiri dan berlari namun aku terjatuh karena menginjak batu

nisan yang lainnya. Aku tidak memperdulikannya dan kemudian bangkit lagi berlari masuk ke dalam

rumah, aku segera mengunci pintu dan mengurung diri didalam ruang kerjaku.

Jantungku seakan mau lepas karena berdetak sangat cepat, keringat dingin mulai mengucur dan

belum sempat aku mengatur napas. Terdengar ada seseorang mengetuk pintuku, awalnya aku

berpikir mungkin ada seseorang yang mendengar teriakanku dan mungkin akan membantuku namun

ternyata semua pintu dan kaca rumah ini digedor sangat keras.

Aku menutup telingaku dan berteriak sekencang-kencangnya, sesaat kemudian semuanya menjadi

terang dan tidak ada suara yang mengetuk lagi dan tiba-tiba saja aku seperti melihat ada bayangan

yang lewat, ataukan lampu ini mulai akan mati. Aku bangkit perlahan dan mulai melihat ke arah

jendela untuk memastikan diluar tidak ada apa-apa.

Dari pantulan kaca jendela itu aku melihat bayangan wajahku sendiri, dijendela yang berada

diseberangku itu. Aku beranjak sedikit tapi bayangan wajahku yang ada dijendela itu tidak ikut

bergerak. Aku perhatikan dengan jelas ketika aku memegang pipi tidak ada bayangan tanganku

disana. Aku perhatikan lagi tapi, tangan itu mulai bergerak ternyata itu adalah bayangan sosok

seorang wanita dan wajahnya itu persis seperti yang aku lihat di pohon pisang tadi.

Rusak, tidak beraturan seperti bekas tersiram air panas dan sosok itu mulai terlihat jelas dan dia

mulai mengetuk-ngetuk lagi jendela namun bukan dengan tangan tapi dengan dahinya. Aku seakan

dipaksa untuk melihat terus sosok itu, badanku sama sekali tidak bisa digerakan. Aku mulai membaca

doa yang aku hapal didalam hati.

Semakin aku membaca doa, semakin gencar aku mendengar teriakannya. Teriakan itupun semakin

menjauh dan berubah menjadi suara tertawa perempuan. Semakin lama suara itu semakin hilang, aku

pun mencoba menarik napas dan menenangkan diri. Dan suara adzan awalpun mulai terdengar, aku

duduk dan mengambil gelas kopi yang aku buat tadi.

Saat aku akan meminum kopi itu, ternyata rasanya sudah berubah. Aneh sangat tidak enak bahkan

sama sekali tidak terasa seperti kopi. Tanpa memperdulikannya aku pun berencana ingin tidur saja,

saat aku akan beranjak masuk ke dalam kamar. Aku merasa ada yang aneh, patung yang aku buat itu

sekarang bertambah sudah selesai sampai bagian leher bahkan tangannya pun sudah jadi.

Sangat aneh sekali, padahal terakhir aku ingat sekali saat aku mengerjakannya masih sampai dibagian

perut. Bulu kuduk seketika langsung berdiri semua, aku menutup pintu ruang kerja dan aku pun

menyegerakan untuk tidur. Saat tidur itulah didalam mimpi, aku didatangi almarhum kakek dan

berkata dalam mimpiku itu bahwa patung nyi roro kidul itu jangan diteruskan dan harus dihancurkan

untuk kebaikan diriku juga.

Aku sedikit tidak paham, aku bangun dan kembali melihat keruang kerja. Patung nyi roro kidul, dan

patung itu membuatku merinding. Sebuah patung nyi roro kidul tanpa kepala, aku keluar dan melihat

ke kebun pisang itu ternyata memang disana ada sebuah kuburan. Dari nisan tersebut sepertinya itu

kuburan wanita dan akhirnya ada seorang bapak-bapak menghampiriku dan bertanya, aku pun

menceritakan kejadian semalam dan memperlihatkan patung itu.

Bapak itupun mengungkapkan sebuah misteri yang akhirnya baru aku tau bahwa menurut cerita

orang sekitar, kakek-ku itu adalah pengikut nyi roro kidul dan kuburan yang ada di pohon pisang itu

adalah kuburan salah satu pembantu dirumah ini yang meninggal tidak wajar saat kakek sedang

menyelesaikan lukisan nyi roro kidulnya. Aku pun lalu teringat pesan kakek di dalam mimpi agar

tidak menyelesaikan patung nyi roro kidul.

Hantu Perempuan Dikamarku


Hai perkenalkan namaku Dewi, cerita ini bermula sekitar tahun 2013. Waktu itu kebetulan malam

jumat dan pada saat itu aku dan teman-teman sedang berkumpul dirumahku maklum masih ABG jadi

sering ngumpul, jam sudah terlihat pukul 21.30 WITA terlihat satu persatu dari temanku mulai

berpamitan untuk pulang.

Ibuku sempat berkata padaku "dewi.. pamali buka pintu malam-malam apa lagi ini malam jumat"

maklum ibuku masih sarat dengan mitos didaerah asalnya yaitu bugis. Tapi yah namanya juga anak

muda, masalah seperti itu tidak pernah menjadi persoalan. Tapi ketika malam telah larut aku dan

adik-ku segera ke kamar tidur awalnya belum ada perasaan aneh.

Aku coba menyalakan tv lalu aku melihat adik aku sudah tidur tapi aku masih melanjutkan nonton

tv, kejadian aneh mulai terasa ketika aku sedang asik menonton tiba-tiba tangga yang terbuat dari

kayu menuju kamarku terdengar seperti ada orang yang menaikinya sangat terasa sebab tangga itu

terbuat dari kayu, dan terdengar dari luar kamar seperti orang yang sedang memaikan kain/sarung.

Konon menurut orangtuaku kalau mendengar suara seperti itu artinya itu menandakan ada parakang

(bahasa bugis) atau setan.

Aku mencoba membaca doa tapi dia terasa semakin dekat tanpa sadar dia (hantu itu) mencoba

mendorong pintu kamarku sontak aku mencoba berinteraksi dengan hantu itu, "maaf jangan ganggu

saya, karena saya tidak menganggu kalian" tiba-tiba suara itu hilang dan aku mencoba untuk

membangunkan adik-ku dan turun dari kamarku pindah di ruang tamu untuk tidur.

Esok paginya aku ceritakan semuanya ke ibuku tapi ibu malah bilang kalau itu dia dan hanya ingin

bercanda denganku, aku lantas tidak percaya begitu saja. Siang itu teman papa aku datang untuk

bertamu di rumahku tetapi pandangannya tidak lepas dari arah loteng rumahku tepatnya di depan

kamar aku, dan ibuku mencoba bertanya pada teman papaku itu.

Ternyata dia melihat perempuan memakai baju putih dan berambut panjang duduk di depan meja

belajarku sontak aku dan semua yang ada di rumahku kaget dan sedikit takut mendengar teman

papaku berbicara seperti itu.

Katanya dia ingin berteman dengan aku dan ingin bercerita denganku, "what.. aku kaget ternyata

hantupun mau berteman denganku" teman papaku lalu coba berinteraksi dengan si hantu itu rupanya

dia ingin keluar dari rumah aku karena rumah aku seperti dibentengi dengan lafadz al-qur'an dan dia

sangat kepanasan makanya dia coba mengangguku.

Akhirnya lewat teman papaku itu hantu itu di keluarkan dari rumah aku, sebelum hantu itu keluar

aku melihat ada kupu-kupu coklat lewat di depan kamarku kata teman papaku dia mengikuti

kupu-kupu itu keluar dari rumahku. dan setelah itu kamar dan rumahku lepas dari kejadian-kejadian

aneh dari hantu perempuan itu, Alhamdulillah.

Sekolah Bekas Kuburan


Pada suatu ketika saya mengelilingi sekolah saya, karena sekolah saya ini dulunya adalah bekas

kuburan. Saya menjadi penasaran dan ingin mengelilingi sekolah itu, tapi karena saya penakut

akhirnya saya memutuskan memanggil teman sekelas untuk mengelilingi sekolah.

Karena sudah 1 jam mengelilingi sekolah itu dan usaha kita sia-sia karena kami tidak mendapatkan

jejak dari hantu. Akhirnya kami mencari informasi dari teman-teman di sekolah itu dan kami dapat

informasi yang jelas dan bagus dan tempatnya ada di gedung sekolah kami yang terbakar.

Sesampainya di sana kami kelelahan dan ingin duduk, kemudian kami tertidur lalu tak lama

kemudian kami mendengar pintu yang seolah dibanting.

Karena saya penasaran saya memanggil teman saya yang bersama dengan saya tadi saat saya

memanggil dia (sambil menoleh ke belakang) dia menghilang kemudian, akhirnya saya

memberanikan diri untuk pergi sendirian. Sesampainya di sana saya melihat teman saya yang

panggil tadi, dia berdiri dengan tegak dan menunujuk sudut dari ruangan di gedung itu lalu saya

bertanya ke dia dan dia tidak menjawab dia hanya terdiam.

Kemudian dia menatap saya dengan mata yang putih lalu saya langsung lari dari gedung itu, ketika

sesampai di kelas saya menemui teman saya tadi dan saya bertanya, "bro kok lu ada di sini gw kira

lu ada di gedung yang terbakar itu" (saya bertanya sambil terengah-engah) lalu dia menjawab.

"bro gw tadi memang ada di gedung itu tadi tapi gw pergi sewaktu lu tidur emang kenapa" saya lalu

menjawab.

"tadi gw ketemu lu di gedung itu sambil nunjuk sudut ruangan dengan mata yang berwarna putih, lu

sih tinggalin gw lu tau kan gw penakut" (saya berkata dengan marah) teman saya menjawab "ok bray

udah selesai kan cari hantunya" saya menjawab "LOL" dan sampai sekarang saya masih sekolah

disana.

Sekali lagi ini merupakan Kisah Nyata dan tempatnya berada di SMPN 4 Manado. Sekian kisah

pengalaman dari saya ini.

Kesurupan Massal


Sore sudah nampak jelas dan aku melirik jam tanganku ternyata sudah jam 4 sore. Para pendaftar

calon anggota Osis masih banyak yang mengantri untuk mendapatkan formulir. tepatnya sabtu besok

akan dilaksanakan LDK (Latihan dasar kepemimpinan) di sekolahku untuk mencari kandidat

anggota osis yang baru.

Acara tersebut berlangsung selama sabtu dan minggu yang artinya aku, teman-teman dan peserta

LDK yang lain akan bermalam di sekolah. Sabtu itu setelah pulang sekolah aku dan teman-temanku

mengadakan rapat untuk para peserta mengenai barang-barang apa saja yang akan mereka bawa

selama acara berlangsung nanti.

Jam 5 sore, aku dan panitia juga peserta sudah berkumpul di aula sekolahku. para panitia telah

menggunakan kaos bewarna hitam polos dan celana jeans sedangkan kaos hitam polos dan celana

training untuk peserta LDK. Walaupun aku ikut serta menjadi panitia aku tidak menggunakan kaos

hitam polos seperti panitia lainnya melainkan memakai blazer bewarna putih, ketua panitia aku

sempat menegurku tapi yah sudah terlanjur.

Acara saat itu berlangsung sesuai harapan kami, selepas sholat magrib aku dan panitia yang lainnya

menyiapkan makan malam untuk para peserta. Selesai makan malam bersama tiba-tiba lampu

sekolah mati, seketika suasana horor sekolah saat itu sangat menyelimuti kami. Padahal di aula

sekolah kurang lebih ada 50-55 orang.

Aku coba menenangkan siswa yang mulai ketakutan aku menyuruh mereka memegang senter

masing-masing. tidak lama kemudian akhirnya lampu di sekolah menyala. bukannya makin tenang,

tiba-tiba salah satu siswa peserta LDK berteriak tidak karuan. Dan di susul satu persatu siswa ada

yang berteriak, menangis, marah dan berlarian.

"ya tuhan apa yang terjadi, ini kesurupan massal" aku yang saat itu juga takut harus memegang

tanggung jawab ini, sambil memegang beberapa siswa aku coba menenangkan mereka dengan

membisikan dan membacakan ayat-ayat al-Quran, tidak lama kemudian guru-guru, ustadz,

teman-teman kerabat datang membantu para siswa yang mengalami kesurupan.

Aku yang sudah mulai lelah terasa di ringankan dengan kehadiran mereka. setelah keadaan mulai

membaik walaupun masih ada siswa yang belum pulih. Aku bertemu dengan salah satu orang tua

siswa, tante itu berkata padaku, "dew, kenapa kalian menggunakan pakaian hitam, mereka marah

dewi, katanya kalian menantang mereka dengan menggunakan pakaian serba hitam" rupanya sekolah

aku ini tidak boleh menggunakan pakaian bewarna hitam, apalagi merah karena itu dapat membuat

"mereka" marah. Aku hanya tertegun diam mendengar ucapan tante itu.

Kemudian tante itu menyuruhku mengambil air di toilet siswa yang berdekatan dengan aula,

kebetulan di belakang aulaku terdapat 2 kuburan yang tidak pernah di pindahkan dan itu berdekatan

dengan toilet. Aku menjawab suruhhan tante itu "maaf tante aku takut, kenapa harus aku atau aku

ajak teman aku 1 orang yah tante" tante itu menjawab "tidak dew harus kamu yang pergi sendiri

kalau kamu mau teman-temanmu tidak celaka, karena hanya kamu sendiri yang tidak berpakaian

hitam".

Dengan berdoa aku berlari mengambil air di wc itu bulu kuduk-ku berdiri belum lagi aku masih

mendengar suara-suara orang yang belum sadar di aula dan tiba-tiba tiupan halus di telinga kiriku

membuatku mengambil langkah seribu. Sesampainya di depan aula, di situ sudah banyak teman-

temanku dan aku memberikan air yang aku ambil di toilet tadi kepada tante itu, "tante ini airnya,

kalian tunggu disini" kata tante.

Kemudian tante itu bersama salah satu kerabatnya masuk ketempat 2 kuburan yang berada di

belakang aula. Aku dan teman-temanku melihat tante dan kerabatnya mendoakan kuburan dan

menyiram air itu ke nisannya, tiba-tiba aku dan teman-teman mendengar suara cekikikan dan

rintihan. Sosok itu terbang melayang diatas kuburan itu, kemudian aku dan teman-teman

berhamburan masuk ke aula. Setelah tante itu kembali satu persatu siswa yang kesurupan mulai

membaik dan kami terpaksa menunda LDK hari itu sampai 2 pekan selanjutnya. Semoga LDK

selanjutnya tidak akan mengalami kejadian seperti ini.

Misteri Seutas Kain Putih


Aku adalah orang yang paling beruntung, bagaimana tidak karena sejak aku meraih gelar sarjana

sastra dengan predikat cumlaude. Aku sangat bahagia dan keluargaku sama seperti aku dan juga

pacarku merasakan yang sama seperti yang aku rasakan.

Perjuanganku selama 4 tahun di sebuah universitas bahasa yang terletak di sebuah jalan setiabudi

itu akhirnya membuahkan hasil yang membanggakan. Kebahagiaan yang aku rasakan saat itu tidak

sampai hanya disitu, yang membuatku semakin bahagia adalah disaat orangtuaku membelikan rumah

buatku sebagai hadiah perjuanganku selama ini.

Sebuah rumah kecil yang terletak di pemukiman warga di ujung berung tepatnya di kaki gunung

manglayang, ujung timur kota bandung. Lokasi rumah baruku yang sangat berdekatan dengan alam,

dipenuhi oleh pepohonan yang besar dan rindang. Udaranya juga sejuk dan dingin, ditambah

warganya yang sangat ramah dan bersahabat.

Membuatku merasa nyaman untuk menetap dirumah baruku itu, jujur dari dulu aku sangat senang

dengan suasana alam yang tenang dan jauh dari keramaian kota. Diawal aku pindah ke perumahan

baruku itu aku disambut hangat oleh para warga, terutama pak mudasir yang sekaligus sesepuh dan

dia mengajak aku untuk berjalan-jalan sore mengelilingi pemukiman sambil mengenalkanku kepada

beberapa warga yang berada didaerah itu.

Dengan senang hati aku pun bersedia menerima ajakannya, sore itu sepanjang perjalanan kami

berdua. Pak mudasir banyak bercerita tentang pemukiman ini dan yang menarik perhatianku saat

pertama kali aku datang ke tempat itu adalah selalu terdapat sebuah pohon besar dan rindang disetiap

rumah warga, namun anehnya disetiap pohon yang berada disetiap masing-masing rumah itu terdepat

seutas kain putih yang sudah lusuh di ikat mengitari batang pohonnya.

Begitu juga dengan pohon mangga yang berada didepan rumah baruku itu. Pemandangan seperti

itulah yang membuatku penasaran, aku menanyakan kepada pak mudasir tentang kenapa pohon

disini di ikat dengan kain putih. Dengan tenang pak mudasir menjawab, "gak apa-apa de, jangan

diganggu kalo terlepas tolong segera di ikat lagi".

Aku tidak mengerti kenapa ikatannya jangan sampai terlepas, jawaban pak mudasir membuatku

bingung. Namun aku tidak terlalu memikirkannya, lagipula hanya seutas kain putih yang lusuh dan

tidak berarti apa-apa bagiku. Setelah cukup lama aku dan pak mudasir berkeliling pemukiman,

akhirnya kami berdua kembali sampai didepan rumahku.

Pak mudasir yang sejak tadi mengantarku berkeliling dan tidak lupa aku mengucapkan terima kasih

padanya. Tapi aku melihat sesuatu yang aneh, ketika pak mudasir berpamitan denganku dia

mengucapkan dua kali salam. Pertama dia mengucapkan salam kepadaku, lalu yang kedua dia

mengucapkan salam sambil memandang pohon mangga yang ada dihalaman depan rumahku.

Aku pun hendak bergegas masuk kedalam rumah, namun ketika aku melewati pohon itu entah

kenapa aku terdiam sambil terpaku memandangi pohon itu.

Aku menatapnya dengan sangat serius, mulai dari ranting, dedaunan yang cukup lebat dan juga

beberapa buah mangga yang masih belum matang sehingga pada akhirnya tatapanku menjadi fokus

ketika aku menatap tajam seutas kain putih yang sudah lusuh terikat longgar dibatang itu.

Aku coba memegangnya ternyata hanya kain biasa namun memang ketika aku memegangnya

seketika itu bulu kuduk aku berdiri. Sampailah pada malam hari, aku bersantai sambil membaca

majalah diruang tengah lalu sesekali aku memeriksa hape dan tiba-tiba aku mendengar suara aneh.

Tapi aku tidak pernah mencari suara apa itu, hampir seminggu dan setiap malam aku masih sering

mendengar suara aneh itu.

Lama-lama aku jadi penasaran, dan sampailah pada malam itu tepat malam jumat. Sekitar jam 11

malam suara yang aneh itu terdengar kembali. Pelan-pelan aku membuka gorden jendelaku dan

mencoba melihat keluar namun tidak ada siapapun, lalu terdengar sebuah suara. Bergegas aku berlari

sampai ke depan pintu, dan sampai didepan pintu aku mendengar suara rintihan orang kesakitan.

Semakin lama suara itu semakin terdengar jelas, suara itu membuatku ketakutan hingga jantungku

berdetak kencang.

Dan rasanya sulit bagiku untuk mengeluarkan suara, perlahan aku memberanikan diri membuka

pintu depan untuk mencari tau siapa yang berada diluar sana. Dengan tangan gemetaran, aku pun

membuka pintu secara perlahan dan tidak ada siapapun.

Padahal jelas sekali aku mendengar suara rintihan itu, ditengah kebingungan itu aku mendengar

kembali suara yang sering aku dengar setiap malam itu dan begitu aku melihat ke arah pohon, astaga

aku melihat sesosok tubuh pria berpakaian seperti tentara tergantung dipohon itu. Sekujur tubuhnya

dipenuhi bercak darah dan wajahnya sangat pucat dan bola matanya menatap keatas sambil

mengeluarkan suara yang sangat menakutkan.

Kontan aku pun langsung membanting pintu dan berlari masuk kedalam kamarku. Hingga keesokan

paginya aku terbangun dan kepalaku sangat pusing. Aku dibangunkan oleh pak mudasir yang ingin

memberikan aku sebuah surat undangan. Aku menahan pak mudasir sebentar untuk menceritakan

apa yang aku alami semalam, dan aku pun bertanya apa yang telah terjadi ditempat ini.

Awalnya pak mudasir bungkam namun akhirnya bercerita bahwa dulu sejak jaman belanda,

pemukiman ini adalah hutan tempat dimana para prajurit indonesia digantung secara massal disetiap

pohon yang ada disini.

Oleh karena itu, setiap pohon yang ada dipemukiman ini di ikat seutas kain putih yang sudah

diberikan doa oleh sesepuh. Agar arwah para korban tidak menampakan diri dan mengganggu warga

sekitar. Dan salah satu pantangan yang ada disini adalah jangan pernah menyentuh kain putih itu.

Kisah Nyata Jenazah Membesar Part 3



Semasa hidupnya, parmin bekerja di dealer motor dan dia sudah dipercaya untuk menagih orang

yang melakukan kredit motor. Menurut tikah dalam sebulan dia menyetor sebanyak 36 Juta, awalnya

setoran itu berjalan dengan lancar.

Kehidupan parmin terbilang berkecukupan, kebutuhan keluarga selalu terpenuhi. Merasa lebih

dengan karunia Allah, parmin lupa daratan. Dia mulai jarang pulang seperti biasa, menurut kabar

yang diterima tikah dari masyarakat jika ada uang lebih dia senang untuk kawin lagi dengan seorang

gadis perawan tanpa persetujuan dari istrinya. Istri-istri mudanya dia tempat di rumah kontrakan

yang disewa olehnya.

"Dulunya dia termasuk orang sukses dan banyak uang, tapi duitnya itu buat kawin mulu dan sejak

itulah dia jarang pulang ke istri tuanya" kenang wardi. Pada suatu hari pihak dealer mendatangi

rumah tikah dan mereka menanyakan keberadaan parmin suaminya lalu mengatakan bahwa sudah

satu tahun ini parmin tidak menyetorkan uang kredit.

Tikah yang sama sekali tidak mengetahui duduk persoalannya dibuat kebingungan. "Maksudnya

suami saya membawa kabur uang perusahaan?" tanya tikah kepada pihak dealer. "Bukan itu saja,

parmin mempunyai hutang yang sangat banyak" papar orang dealer menerangkan.

"Pak terus terang, suami saya sudah lama tidak pulang ke rumah" kata tikah dengan jujur, kemudian

tikah menyuruh orang dealer itu agar mendatangi rumah istri-istri mudanya dan mungkin parmin

berada dengan istri mudanya. Setelah dilakukan penelusuran, ternyata parmin sudah kabur bersama

istri terbarunya.

Kejadian itu terjadi pada tahun 1990-an lalu parmin menghilang tanpa jejak. Kontrakannya ditinggal

begitu saja olehnya, hari-harinya dilalui dengan penuh ketakutan. Orang dealer tidak kehilangan

akal, mereka meminta jasa bantuan polisi untuk menuntaskan kasus ini. Akhirnya parmin sekarang

masuk ke dalam daftar pencarian orang.

Sebanyak-banyaknya orang punya uang, apabila terus dipakai pasti akan habis juga. Polisi berhasil

mengendus persembunyiannya, lalu parmin dipaksa melunasi tanggungannya. Tidak berapa lama

seluruh harta dan asetnya ludes untuk melunasi hutang. Akhirnya parmin bangkrut dan jatuh miskin,

dia tidak berani pulang ke rumah untuk menemui istri pertamanya.

Tak ada pekerjaan yang pasti, kesehariannya hanya melamun sambil membayangkan masa-masa

kejayaannya dulu. Dia ingin hidup enak lagi, dan yang ada di dalam pikirannya hanya kesenangan

dan hidup yang mewah. Akhirnya parmin mengambil jalan pintas, dengan mendatangi tempat yang

keramat yang diyakini bisa mendatangkan kekayaan.

Ilmu agama yang telah dipelajarinya hilang begitu saja dan dia sudah tidak peduli apa kata orang lain.

"Dia nyari kekayaan dengan nyupang babi (jadi-jadian), mencari makan secara tidak halal dan dia

juga sering ngomong sama orang-orang daerah sini 'biarin gua mati nggak masuk surga alias masuk

neraka, asal jadi orang kaya' bukan hanya satu atau dua orang yang dengar tetapi hampir seluruh

masyarakat tau. Parmin punya ilmu yang dapat membuat orang lain segan padanya, dan dia punya

sebuah uang biang (induk) sebesar 10 ribu. Misalnya uang itu dibelanjakan seribu pasti kembalinya

akan menjadi 9 ribu. Nanti setelah dia sampai dirumahnya uang yang 10 ribu itu pulang kembali ke

tangannya parmin" Ujar wardi.

Setau tikah, suaminya memang belajar ilmu-ilmu tertentu. Misalnya ilmu yang bisa menggerakan

atau menjatuhkan orang dari jarak jauh. Selain itu, ilmu peletnya pun sangat ampuh. Tikah tidak tau

apalagi ilmu yang dipelajari almarhum mendiang suaminya itu. Tikah merasa rindu dengan

kehadiran suaminya dan setiap malam dia bermunajat kepada Allah agar suaminya diberikan

petunjuk dan meski sering disakiti, dia tidak pernah marah.

Baginya, suaminya harus dihadapi dengan kasih sayang bukan dengan kekerasan. Tidak terhitung

berapa lama parmin meninggalkan tikah dan anak-anaknya. Rupanya Sang Pencipta mendengarkan

doa tikah dan pada suatu hari parmin menampak-kan dirinya dirumah. Diliputi rasa rindu yang

sangat mendalam, tikah menerima dengan tangan terbuka tanpa ada rasa dendam.

"Disaat lagi susah dan ingat akan mati, dia biasanya sembahyang dirumah dan mengaji kalau malam"

Ucap tikah, tapi kalau lagi enak mana mau dia melakukannya. Sejak kembali ke rumah istri pertama,

parmin mulai perhatian kepada anak-anaknya. Akhirnya sisa umur parmin dihabiskan bersama

dengan istri pertamanya.

Meskipun rasa malu dan bersalah terus mengitari pikiran dan hatinya. Ibarat sebuah pepatah berkata,

Sejauh-jauhnya burung terbang, pasti akan kembali ke sarangnya. Semoga arwah almarhum parmin

mendapatkan tempat yang layak disisi-NYA, Amin dan Terima kasih telah membaca Kisah Nyata ini.

Kisah Nyata Jenazah Membesar Part 2.



Kain penutup jenazah parmin bergerak dan badannya membesar, begitu kabar yang tersiar dari orang

yang sempat melihat kejadian aneh ini. Memang betul seluruh anggota tubuhnya berubah drastis.

Tangan, kaki, kepala, badan dan bibirnya membengkak "Badan-nya seperti dipompa dan gedenya

seperti bale (keranjang). Bunyinya kretek.. kretek.. saya ngeliat sendiri sampai alat vitalnya segede

kepala" ujar tikah yang merasa heran bercampur takut saat melihat kondisi suami tercintanya yang

berubah drastis seketika itu.

Dari mulutnya keluar air berbusa yang tidak habis-habis dan seluruh kulitnya menggelembung berisi

kantong air dan pecah mengeluarkan darah. Kemudian kulitnya mengelupas serta badannya jadi

pendek seperti binatang. Berat badan-nya berkurang menjadi satu kwintal lalu kedua tangan dan kaki

nya seperti ayam yang hendak dipanggang.

"Kulitnya mbelebek (melepuh) seperti orang direbus, yang kelihatan cuma dagingnya saja" tutur istri

nya almarhum. Tubuh parmin perlahan-lahan terus melar. "Badan-nya kayak gajah, gede banget

bunyinya kayak orang ngorok (mendengkur)" ucap wardi, saudara jauh sekaligus saksi mata yang

melihat langsung peristiwa tersebut.

Kemudian dari seluruh tubuh parmin mengeluarkan bau busuk, yang menyengat hidung dan hanya

keluarganya saja yang berani mendekati jenazah parmin. Istrinya langsung menutup tubuh parmin

dengan beberapa helai kain. Pemandangan aneh tersebut bukan sesaat, namun sekitar satu jam dan

sangat mengerikan, naudzubillah min dzalik.

Orang yang hendak melayat semuanya ketakutan dan mereka akhirnya tidak jadi untuk melayat

almarhum tersebut. Namun ada beberapa orang yang penasaran ingin menyaksikan orang yang mati

berubah seketika. Sebab di kampung ini baru pertama kali terjadi kejadian aneh dan sangat tidak

wajar seperti ini.

Salah seorang kerabatnya berinisiatif memanggil gurunya almarhum dan tak lama kemudian sekitar

jam 3:30 dini hari gurunya datang untuk melihat almarhum. "Saya sempurnakan dulu mayatnya agar

bumi mau menerima mayatnya" demikian kata mardi yang ikut membelikan kain kafan, menirukan

ucapan guru almarhum yang berasal dari daerah wetan.

Untuk menghindari penciuman wartawan, selepas shalat subuh keluarga dan kerabat langsung

memandikan jenazah. Namun keadaan tubuh parmin tidak berubah bentuk saat dimandikan dan

seluruh tubuhnya melepuh kembali. Tanpa berbuat banyak proses pemandian jenazah selesai karena

mengingat ukuran badan-nya bertambah.

Kain kafan pun mau tidak mau harus mengikuti keadaan mayat. Kedua tangan jenazah tidak mau

disedakepin (disilangkan didepan dada) dan kakinya juga tidak mau diluruskan. Akhirnya tangan dan

kakinya di ikat dengan kain kafan, liang lahat yang sudah disiapkan sejak dari sore hari terpaksa

harus diperlebar agar jenazah bisa masuk ke dalam.

Dengan berbagai macam cara, jenazah parmin akhirnya bisa di balut kain kafan. Setelah di shalati

lalu tubuhnya diangkat ke tempat peristirahatan terakhir sambil di iringi isak tangis keluarga dan

kerabat dekatnya. Ternyata pelebaran tanah kuburan tidak cukup juga untuk menampung jenazah.

Liang kubur pun diperluar kembali dan proses penguburan berjalan lancar.

Seminggu setelah meninggalnya parmin, tidak ada warga masyarakat yang berani keluar malam.

Kebanyakan dari mereka takut arwahnya gentayangan, suasana kampung jadi sepi dikala malam hari.

Kisah parmin adalah salah satu gambaran nyata bagi manusia yang masih hidup di muka bumi ini.

Ada sebuah kisah dibalik meninggalnya parmin, warga sekitar, keluarga dan kerabatnya percaya

bahwa ada yang melatarbelakangi kejadian ganjil ini.

Kisah Nyata Jenazah Membesar Part 1


Hidup ini pada hakikatnya adalah ujian dari Allah SWT, kekayaan, kemiskinan, kematian, kesabaran,

musibah dan segala macam cobaan lainnya tidak akan lepas begitu saja dalam kehidupan seseorang.

Banyak kejadian tidak wajar yang diperlihatkan Allah kepada hambanya yang masih menghirup

udara segar sebagai bahan renungan dalam menjalani kehidupan fana ini.

Kadang, akal manusia tidak dapat menerimanya tetapi Allah Maha Kuasa. Semuanya bisa terjadi

dengan kehendaknya, seperti peristiwa nyata yang telah terjadi di daerah Cilincing Jakarta Utara

pada 23 Oktober 2000 silam, simak kisah nyata ini selengkapnya.

Sebut saja Parmin, tidak terasa sudah 11 hari melewati hari-harinya terbaring di Rumah Sakit, biar

sekali pun menginap di bangsal rumah sakit namun kondisi badannya masih tetap segar. Sebab, ada

penyakit yang menyerang badannya bukanlah penyakit yang kronis namun hanya sebuah bisul saja.

Bisul kecil yang bersarang di pinggulnya, membuatnya tidak bisa bergerak kemana-mana dan dokter

yang merawatnya mengatakan didalam tubuhnya tidak terdapat suatu penyakit.

Setelah dirasa cukup matang, akhirnya mata bisulnya dicabut. Biasanya, jika mata bisul dicabut

maka bekas lukanya akan mengeluarkan darah secara normal. Ternyata hal ini tidak berlaku padanya

malah Parmin mengeluarkan banyak darah merah. Hingga akhirnya dia berubah pucat dan parmin

pun pingsan karena terlalu mengeluarkan banyak darah.

Untuk menyelamatkan parmin, dokter menambahkan darah sampai sebelas kantong. "Darah nya

habis setelah dokter memberikan darah tambahan, suami saya akhirnya kembali jadi segar lagi"

itulah kata-kata dari istrinya parmin yang bernama Tikah. Tidak sedikit biaya yang sudah

dikeluarkan oleh keluarga untuk mengobati parmin dan karena tidak mempunyai biaya lagi untuk

perawatan akhirnya parmin pun dibawa pulang ke rumah.

Rupanya bisul itu belum benar-benar lenyap, badannya semakin kurus dan kini dia hanya menatap

langit-langit rumahnya sambil tergeletak di sebuah ranjang. Untuk memenuhi keperluan anak-anak

dan suaminya, tikah bekerja pada sebuah perusahaan sebagai penjahit baju. Hari terus berlalu, empat

puluh hari sudah parmin menikmati rumahnya dengan perawatan yang penuh kasih sayang dari

anggota keluarganya.

Seperti biasa, selepas solat subuh dan setelah menyiapkan kebutuhan keluarganya, tikah lalu

bergegas berangkat untuk kerja. Dia meminta ijin suaminya yang masih terbaring ditempat tidur dan

terlihat sehat secara fisik, meskipun badannya semakin kurus. Pagi itu tidak ada tanda-tanda akan

terjadi suatu peristiwa terhadap parmin.

Sekitar jam 4 sore, tepatnya hari senin tiba-tiba parmin menghembuskan nafas terakhirnya. Waktu itu

hanya ada satu orang anak laki-laki kesayangannya yang bernama Rudi. Dia menjadi saksi kematian

ayahnya dan sementara tikah masih berada ditempat kerja. Dia pun akhirnya dijemput oleh salah

seorang kerabatnya. Menurut rudi, ayahnya menutup mata dengan mudah dan tidak menemui

kesulitan namun ada beberapa kata yang diucapkannya sebelum meninggal.

"Dosa baba (bapak) ama emak (ibu) banyak, waktu masih muda emak sering ditinggal dan baba

sering kawin. Baba malu kalau mau pulang, soalnya nyakitin emak mulu. Tapi emak sabar banget..."

ucap rudi kepada ibunya, menirukan ucapan terakhir ayahnya. Seketika berita kematian parmin

menyebar luas ke telinga masyarakat. Layaknya orang yang mendapat musibah, para tetangga

melayat dan pada berdatangan ke rumah tikah untuk menunjukan rasa duka yang mendalam.

Sebagian ada yang mengaji dan sebagian ada yang sedang menyiapkan segala keperluan yang

dibutuhkan  untuk proses pengurusan jenazah.

Dikampung tersebut solidaritas masyarakat masih sangat tinggi. Semua anggota keluarga sudah

berkumpul namun sayang anak laki-laki pertama almarhum belum juga datang karena tidak bisa

dihubungi. Kabarnya dia bekerja sebagai sopir disalah satu kantor dan menurut teman kantornya,

Wandi sedang keluar.

Sinar matahari sudah mulai menghilang, sebentar lagi malam segera menjelang. Setelah melalui

rapat intern yang melibatkan beberapa tokoh masyarakat. Akhirnya dari pihak keluarga sepakat

untuk memakamkan jenazahnya besok pagi dengan pertimbangan menunggu anak tertuanya agar

bisa melihat wajah ayahnya untuk terakhir kalinya.

Jam 9 malam, anak yang ditunggu akhirnya datang juga. Isak tangis keluarga mewarnai sunyinya

malam dan memecahkan kebekuan. Suasana rumah tikah kelihatan ramai meskipun sedang

diselimuti kesedihan. Jenazah parmin terbujur kaku diatas ranjang yang terdapat diruang depan

sambil kedua tangannya diletakan di atas dadanya.

Kakinya lurus dan badannya ditutupi sehelai kain, masyarakat terus datang silih berganti dan terlihat

beberapa orang masih membaca surat yasin tanpa henti. Sementara yang lainnya duduk sambil

mengobrol di teras rumahnya. Jarum jam terus berputar, malam semakin larut dan hari telah berganti.

Sekitar jam 2 dini hari, tanpa diduga rumah tikah menjadi ribut. Orang yang sedang mengaji di

sekeliling jasad almarhum berlari keluar rumah. Tetangga yang menunggu jenazah parmin pun ikut

berhamburan.