Semasa hidupnya, parmin bekerja di dealer motor dan dia sudah dipercaya untuk menagih orang
yang melakukan kredit motor. Menurut tikah dalam sebulan dia menyetor sebanyak 36 Juta, awalnya
setoran itu berjalan dengan lancar.
Kehidupan parmin terbilang berkecukupan, kebutuhan keluarga selalu terpenuhi. Merasa lebih
dengan karunia Allah, parmin lupa daratan. Dia mulai jarang pulang seperti biasa, menurut kabar
yang diterima tikah dari masyarakat jika ada uang lebih dia senang untuk kawin lagi dengan seorang
gadis perawan tanpa persetujuan dari istrinya. Istri-istri mudanya dia tempat di rumah kontrakan
yang disewa olehnya.
"Dulunya dia termasuk orang sukses dan banyak uang, tapi duitnya itu buat kawin mulu dan sejak
itulah dia jarang pulang ke istri tuanya" kenang wardi. Pada suatu hari pihak dealer mendatangi
rumah tikah dan mereka menanyakan keberadaan parmin suaminya lalu mengatakan bahwa sudah
satu tahun ini parmin tidak menyetorkan uang kredit.
Tikah yang sama sekali tidak mengetahui duduk persoalannya dibuat kebingungan. "Maksudnya
suami saya membawa kabur uang perusahaan?" tanya tikah kepada pihak dealer. "Bukan itu saja,
parmin mempunyai hutang yang sangat banyak" papar orang dealer menerangkan.
"Pak terus terang, suami saya sudah lama tidak pulang ke rumah" kata tikah dengan jujur, kemudian
tikah menyuruh orang dealer itu agar mendatangi rumah istri-istri mudanya dan mungkin parmin
berada dengan istri mudanya. Setelah dilakukan penelusuran, ternyata parmin sudah kabur bersama
istri terbarunya.
Kejadian itu terjadi pada tahun 1990-an lalu parmin menghilang tanpa jejak. Kontrakannya ditinggal
begitu saja olehnya, hari-harinya dilalui dengan penuh ketakutan. Orang dealer tidak kehilangan
akal, mereka meminta jasa bantuan polisi untuk menuntaskan kasus ini. Akhirnya parmin sekarang
masuk ke dalam daftar pencarian orang.
Sebanyak-banyaknya orang punya uang, apabila terus dipakai pasti akan habis juga. Polisi berhasil
mengendus persembunyiannya, lalu parmin dipaksa melunasi tanggungannya. Tidak berapa lama
seluruh harta dan asetnya ludes untuk melunasi hutang. Akhirnya parmin bangkrut dan jatuh miskin,
dia tidak berani pulang ke rumah untuk menemui istri pertamanya.
Tak ada pekerjaan yang pasti, kesehariannya hanya melamun sambil membayangkan masa-masa
kejayaannya dulu. Dia ingin hidup enak lagi, dan yang ada di dalam pikirannya hanya kesenangan
dan hidup yang mewah. Akhirnya parmin mengambil jalan pintas, dengan mendatangi tempat yang
keramat yang diyakini bisa mendatangkan kekayaan.
Ilmu agama yang telah dipelajarinya hilang begitu saja dan dia sudah tidak peduli apa kata orang lain.
"Dia nyari kekayaan dengan nyupang babi (jadi-jadian), mencari makan secara tidak halal dan dia
juga sering ngomong sama orang-orang daerah sini 'biarin gua mati nggak masuk surga alias masuk
neraka, asal jadi orang kaya' bukan hanya satu atau dua orang yang dengar tetapi hampir seluruh
masyarakat tau. Parmin punya ilmu yang dapat membuat orang lain segan padanya, dan dia punya
sebuah uang biang (induk) sebesar 10 ribu. Misalnya uang itu dibelanjakan seribu pasti kembalinya
akan menjadi 9 ribu. Nanti setelah dia sampai dirumahnya uang yang 10 ribu itu pulang kembali ke
tangannya parmin" Ujar wardi.
Setau tikah, suaminya memang belajar ilmu-ilmu tertentu. Misalnya ilmu yang bisa menggerakan
atau menjatuhkan orang dari jarak jauh. Selain itu, ilmu peletnya pun sangat ampuh. Tikah tidak tau
apalagi ilmu yang dipelajari almarhum mendiang suaminya itu. Tikah merasa rindu dengan
kehadiran suaminya dan setiap malam dia bermunajat kepada Allah agar suaminya diberikan
petunjuk dan meski sering disakiti, dia tidak pernah marah.
Baginya, suaminya harus dihadapi dengan kasih sayang bukan dengan kekerasan. Tidak terhitung
berapa lama parmin meninggalkan tikah dan anak-anaknya. Rupanya Sang Pencipta mendengarkan
doa tikah dan pada suatu hari parmin menampak-kan dirinya dirumah. Diliputi rasa rindu yang
sangat mendalam, tikah menerima dengan tangan terbuka tanpa ada rasa dendam.
"Disaat lagi susah dan ingat akan mati, dia biasanya sembahyang dirumah dan mengaji kalau malam"
Ucap tikah, tapi kalau lagi enak mana mau dia melakukannya. Sejak kembali ke rumah istri pertama,
parmin mulai perhatian kepada anak-anaknya. Akhirnya sisa umur parmin dihabiskan bersama
dengan istri pertamanya.
Meskipun rasa malu dan bersalah terus mengitari pikiran dan hatinya. Ibarat sebuah pepatah berkata,
Sejauh-jauhnya burung terbang, pasti akan kembali ke sarangnya. Semoga arwah almarhum parmin
mendapatkan tempat yang layak disisi-NYA, Amin dan Terima kasih telah membaca Kisah Nyata ini.
Kisah Nyata Jenazah Membesar Part 3